غرس القيم الدينية والتربوية وبناء الإنسان

Blog

Pembentukan moralitas anak

Blog

Pembentukan moralitas anak

بناء أخلاق الطفل

Moral membutuhkan waktu, kesabaran, dan usaha yang besar dari seseorang untuk menjadi bagian dari karakter dan perilakunya

Oleh karena itu, Islam mendorong untuk mendidik anak-anak dalam etika sejak awal, karena ini lebih mudah daripada terbiasa saat dewasa. Mengabaikan hal ini akan mengarah pada kerusakan individu, keluarga, dan akhirnya masyarakat

Dari Ayub bin Musa bin Amr bin Sa’id bin al-‘Ash dari kakeknya, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada warisan yang lebih baik bagi seorang ayah dari pada ajaran yang baik.” (HR. Tirmidzi)

Ada banyak adab untuk setiap situasi dan perilaku manusia dalam sehari-hari, seperti adab makan, tidur, naik kendaraan, keluar rumah, meminta izin, dan lain-lain. Semua adab ini harus diajarkan kepada anak-anak

Ada juga etika umum yang harus diajarkan kepada anak-anak dalam berinteraksi dengan Al-Quran, ulama, orang tua, dan orang lain.

Perhatian yang diberikan kepada anak secara emosional dan psikologis sangat penting

Kita memiliki contoh yang baik dalam Rasulullah dalam hubungannya dengan cucunya, Hasan dan Husain.

Dalam riwayat Bukhari dari Usamah, Nabi SAW duduk dengan Hasan bin Ali dan mengatakan: “Ya Allah, aku mencintai keduanya, maka cintailah keduanya

Dalam riwayat Muslim, Anas berkata: “Demi Allah, aku belum pernah melihat seseorang yang lebih penyayang terhadap anak-anak daripada Rasulullah SAW

Dalam riwayat Abu Hurairah, Al-Aqra’ bin Habis melihat Nabi SAW mencium Hasan, maka ia berkata: “Aku memiliki sepuluh anak dan tidak pernah mencium salah satu dari mereka.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang tidak menyayangi, tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari)

Ada juga kisah Nabi SAW dengan anak kecil dan burungnya yang meninggal, dan bagaimana Nabi SAW memperhatikan perasaannya dan menghiburnya

Oleh karena itu, Islam sangat peduli dengan meningkatkan kesehatan mental anak-anak karena ini adalah pondasi utama dalam pembentukan manusia yang sehat secara mental dan fisik.

Pembentukan keyakinan (aqidah) anak

Manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas ketidakteachan keyakinan (aqidah) kepada anak-anak mereka karena keyakinan ini adalah dasar yang menentukan takdir manusia, apakah surga atau neraka, kemenangan atau kekalahan di dunia dan akhirat

Pembentukan keyakinan (aqidah) anak dapat dilakukan melalui:

Mendidik anak dengan kalimat tauhid sejak kecil. Membangkitkan cinta anak pada Allah, Nabi dan para Nabi serta para sahabat.
Menceritakan kisah-kisah kepada anak yang membantu mereka mencintai agama mereka.
Menghafal Alquran untuk anak-anak sejak kecil.
Memberi penjelasan mengenai arti Alquran kepada anak.
Melatih anak serta membiasakan mereka dengan ibadah.
Membawa anak ke masjid.
Mengikutsertakan anak ke majelis ilmu

Mendidik anak untuk menghormati orang tua

Menghormati orang tua bukanlah perilaku alami, tetapi diperoleh dan anak harus dilatih untuk itu. Beberapa hal yang dapat diajarkan kepada anak untuk menghormati orang tuanya

Pada awalnya, orang tua membiasakan anak-anak mereka untuk menghormati orang tua melalui poin-poin di atas. Kemudian, anak-anak diharapkan untuk membalas dengan menghormati orang tua mereka. Beberapa cara anak dapat menghormati orang tuanya

Sayangnya, tanggung jawab ini juga jatuh kepada orang tua karena mereka harus mengajarkan pada anak-anak mereka mengenai pahala dan penghargaan dari menghormati orang tua. Anak-anak harus diberitahu

Hukuman orang tua

Dia melatih putranya untuk membantunya ketika dia masih muda, meminta bantuannya.
Memperingatkan anak jika dia melakukan kesalahan pada orang tua.
Pendidik harus menjadi teladan bagi anaknya dalam kesalehan dengan kakek dan nenek.

Metode disiplin anak

Ada banyak cara untuk mengatasi perilaku anak, dan agar kita tahu cara yang benar dan yang salah, kita harus tahu bahwa Nabi SAW menggunakan beberapa metode disiplin dalam berinteraksi dengan anak-anak dan para sahabatnya

Anak-anak mengalami banyak masalah perilaku, terutama pada tahap-tahap awal kehidupan mereka. Oleh karena itu, pendidik harus memiliki banyak alat dan cara untuk mendidik anak dengan benar

Teladan yang baik

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa mengajak seorang anak dan tidak memberinya apa-apa, maka itu adalah kebohongan.”

Ini merupakan pelajaran terbesar mengenai pentingnya menjadi teladan bagi anak bahkan dalam tindakan paling sederhana

Jika pendidik ingin mendidik anak-anak dengan benar, maka ia harus mendidik dirinya sendiri terlebih dahulu, karena hal ini akan menghemat banyak waktu dan usaha bagi dirinya dalam mendidik anak-anak

Memilih waktu yang tepat untuk memberikan arahan

Nabi SAW selalu memilih waktu dan tempat yang tepat untuk memberikan arahan

Beliau memilih waktu saat dalam perjalanan atau berjalan-jalan untuk memberi nasehat, seperti hadis Ibnu Abbas RA yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, ia berkata: “Suatu hari aku berada di belakang Nabi SAW. Beliau berkata, ‘Wahai anak muda…’ ” (Hadis tersebut mengandung nasihat penting dari Nabi SAW kepada Ibnu Abbas RA)

Dan juga saat makan, seperti hadis “Wahai anak muda, ucapkanlah Bismillah saat memulai makanmu.

Orang tua juga harus memilih waktu yang tepat sesuai dengan situasi untuk memberikan arahan pada anak, misalnya jika anak Anda mengalami masalah kebohongan dan ada tamu di rumah, jika anak berbohong di depan tamu, jangan bicara atau arahkan anak di depan tamu tersebut. Alih-alih, abaikan situasi tersebut sepenuhnya dan bicaralah dengan anak setelahnya secara pribadi.

Keadilan dan kesetaraan di antara anak-anak

Ketidakadilan dan ketidaksetaraan di antara anak-anak adalah pintu besar untuk fitnah yang dapat memutuskan tali kekerabatan dan menimbulkan kebencian dan permusuhan di antara saudara. Oleh karena itu, Anda harus berhati-hati dalam memperlakukan anak-anak Anda dengan adil dan setara

Oleh karena itu, Nabi memerintahkan keadilan dan kesetaraan dalam hadisnya

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya. Dia berkata: Saya membaca hadis dari Malik dari Ibnu Syihab, dari Humaid bin Abdulrahman dan Muhammad bin Nauman bin Basyir, yang keduanya meriwayatkan dari Nauman bin Basyir, bahwa ayahnya membawa Nauman ke hadapan Rasulullah SAW dan berkata, “Saya telah memberikan anak saya ini sebagai hadiah kepada orang lain.” Rasulullah SAW bertanya, “Apakah Anda mengizinkan anak Anda diberikan hadiah seperti itu?” Ayah Nauman menjawab, “Tidak.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Maka kembalikanlah dia.”

Banyak perselisihan di antara saudara-saudara kecil disebabkan oleh perasaan salah satu saudara merasa dirugikan atau merasa bahwa ibu mereka memihak saudara lainnya. Oleh karena itu, setiap pendidik harus belajar bagaimana menyelesaikan konflik antara saudara dengan cara yang benar, sehingga tidak menyebabkan masalah di antara mereka dalam hubungan mereka di masa dewasa.

Memberikan hak-hak anak

Nabi SAW mendorong kita untuk menghormati anak dan memberinya hak-haknya, serta menerima kebenaran bahkan berasal dari seorang anak, karena hal ini akan memberikan perasaan positif pada anak terhadap cinta dan kebenaran dalam hidup

Salah satu contoh situasi terbaik yang dapat kita pelajari adalah hadis yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’d RA, dia berkata: “Sebuah cangkir dibawa kepada Rasulullah SAW untuk diminum, dan di sebelah kanannya ada seorang anak kecil yang paling muda di antara mereka, dan orang tua duduk di sebelah kirinya. Beliau bertanya pada anak kecil, ‘Wahai anak, apakah kamu mengizinkan aku memberikan minuman ini kepada orang tua?’ Anak kecil itu menjawab, ‘Aku tidak akan mengambil bagian darimu, wahai Rasulullah.’ Maka Rasulullah SAW memberikan minuman tersebut kepada orang tua tersebut.” (Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari)

Bagikan

Kata kunci

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kata kunci

Scroll to Top